Minggu, 26 Oktober 2008

Aku Mushku?

Lima menit saja aku lewatkan untuk termenung hari ini. Hari yang belum tentu ku temui lagi. Aku termenung menyepi, menyendiri bukanlah diempat yang sunyi–ditemapat yang tidak ada seorang pun, di gua atau di suatu ruangan yang gelap gulita dan tak ada suara. Seketika aku terbangun dalam menung. kulihat kemaksiatan ada dimana-mana, ku dengar kejahatan melalui berbagai berita, dan lain, dan lain.

Kadang aku bertanya-tanya apakah aku termasuk salah satu aktor pembuat kerusuhan, salah satu dalang pembuat kerusakan, salah satu penebar kedengkian dan kejahatan, atau aku sekedar figuran yang turut menyukseskan semua kelaliman dan kezaliman?

Tiba-tiba saja ku teringat syetan, ya syetan anak cucu buyut Iblis laknatullah. semakin mengingatnya semakin aku benci padanya. Pasti, pasti, pasti dialah biang kerok semua ini. Dia, dialah yang harus bertanggung jawab.

Ternyata pikiran seperti ini tidak hanya terjadi padaku. Ku kira akulah yang pertama. Ternyata, sudah sejak dulu iblis di hina, sudah sejak dulu syaiton atau syetan dijadikan kambing hitam atas kelemahan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia.

Kasihan, sungguh kasuhan dia. Iblis itu sudah dilaknat Allah, dikeluarkan dari surga disediakan neraka pula sebagai tempat kembalinya untuk kehidupan yang nyata. Nah, sekarang difitnah lagi oleh manusia. Kawan, kasihanilah Iblis janganlah selalu dia yang kita kambing hitamkan. Janganlah kita selalu mengkambing putihkan diri kita–ada gitu istilah ini.
Ingtalah, iblis, syetan dan kawan-kawannya hanya menggoda, mengiming-imingi, membisikkan jalan yang salah dan dia tidak bisa memaksakan kita menuruti keinginannya. Yang jadi biang kerok adalah kita. Ya kita, kita yang menggembalakan nafsu kita secara liar. Kita yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga hawa nafsu kita mudah tergoda, mudah diimng-imingi, mudah dibisiki syetan. Padahal kalau nafsu kita menolak, syetan ga ada apa-apanya. Karena itu Rasulullah mengingatkan kepada kita bahwa musuh yang paling kuat dan berbahaya bagi kita adalah hawa nafsu yang tidak terkendali.

Hawa nafsu itu merasuk dalam tubuhku, mengalir dalam setiap sel darahku, karena itu, aku adalah musuhku. Doakan kawan aku bisa mengendalikannya. Amin.

Wallahu A’lam bimurodih

Tidak ada komentar: